Ahad Pahing, 12 Oktober 2025, seperti biasa Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) melaksanakan kegiatan ngaji rutin kitab Al-Hikam yang bertempat di Ranting NU Tenggarejo. Pengajian kali ini diisi oleh KH. Faishol Sholeh, pengasuh yang dikenal dengan penyampaian tausiyahnya yang mendalam dan menyejukkan hati.
Sebelum memasuki kajian kitab Al-Hikam, KH. Faishol Sholeh memberikan motivasi kepada jamaah agar senantiasa bersemangat dalam menuntut ilmu. Beliau menegaskan bahwa setiap langkah orang yang berangkat mencari ilmu akan dihitung sebagai kebaikan dan dimudahkan jalannya menuju surga, sebab orang berilmulah yang akan dimerdekakan dari api neraka.
Dalam penjelasan kitab Al-Hikam, beliau menyampaikan pesan penting bahwa amat disayangkan bila seseorang beribadah hanya karena mengharap surga, sebab surga hanyalah makhluk ciptaan Allah. Tujuan ibadah sejati adalah semata-mata karena Allah SWT.
Beliau juga menyinggung sifat ṭama‘ (tamā‘) atau rasa ketergantungan dan harap kepada pemberian manusia. Sifat ini, kata beliau, justru akan membawa kehinaan, karena orang yang ṭama‘ telah melupakan bahwa rizki telah ditetapkan oleh Allah dan tidak akan tertukar dengan siapa pun.
Dalam sesi tanya jawab, salah satu jamaah bertanya tentang obat hati. KH. Faishol Sholeh menjawab bahwa obat hati adalah dengan mengikuti pengajian, karena melalui ngaji seseorang akan mengetahui penyakit hatinya dan cara mengobatinya. Contohnya, ketika muncul rasa sombong, hendaklah kita menyadari bahwa tidak ada yang bisa disombongkan, sebab semua kemampuan adalah semata-mata atas kuasa Allah SWT, tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan-Nya.
Ketika ditanya tentang apa yang harus dilakukan jika dosa sudah menumpuk, beliau menjawab dengan tegas bahwa tiada jalan lain selain bertaubat dengan sungguh-sungguh. Adapun obat bagi hati yang susah, menurut beliau, adalah mendekatkan diri kembali kepada Allah melalui dzikir dan mengaji, karena dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.
Kegiatan ngaji rutin ini ditutup dengan shalat dhuha bersama dan musafahah antarjamaah, menandai berakhirnya majelis ilmu yang penuh hikmah dan keberkahan.
Semoga dengan adanya ngaji rutin kitab Al-Hikam ini, jamaah semakin istiqamah dalam menuntut ilmu dan memperbaiki diri, serta mampu mengamalkan nilai-nilai tasawuf yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Ngaji bukan sekadar mendengar, tetapi menjadi jalan untuk mengenal diri dan semakin dekat kepada Allah SWT.


0 Komentar